Breaking News

Kekayaan alam laut natuna digerus, negara malah eksploitasi kekayaan dengan impor ikan



Polemik antara dua Negara di Natuna Kepulauan Riau menjadi isu yang sangat cepat berkembang di kalangan masyarakat Indonesia, bagaimana tidak, pasalnya yang berseteru adalah Negara Indonesia dan Negara China. Dengan hadirnya nelayan dari China yang dikawal oleh Coast Guard China (penjaga pantai) yang terus mengitari perairan Natuna, Kepulauan Riau, pada akhir Desember kemarin hingga saat ini sangat memicu ketegangan hubungan antar kedua Negara tersebut. Berdasarkan konvensi United Nations convention on The Law of The Sea (UNCLOS), China berada di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Kejadian ini membuat menteri luar negeri angkat bicara. Kementrian Luar Negeri RI mengatakan bahwa “China adalah salah satu mitra strategis Indonesia di kawasan. Menjadi kewajiban kedua belah pihak untuk terus meningkatkan hubungan yang saling menghormati dan membangun kerjasama yang saling menguntungkan”.
Bukannya menghentikan, Indonesia justru mengimpor ikan dari china. Seperti diliput dari detik.com, bahwa Menurut Pengamat Perikanan Suhana, total impor perikanan dari china mencapai 59 ribu ton per September 2019. Salah satunya adalah cumi yang padahal ada di perairan Indonesia. Berdasarkan data yang dia paparkan, jumlahnya adalah 2000 ton per September 2019. “Impor cumi itu 2019 ini ada 2.000 ton sampai September,”. (Baca: detik.com)

Tidak bisa kita pungkiri memang bahwasannya dalam ilmu ekonomi mempunyai asumsi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidaknyamanan sebisa mungkin. Dia adalah makhluk hedonis yang serakah; atau dalam proposisi ilmiah; mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Sedangkan dalam ilmu manajemen bertujuan menelaah kerjasama antar sesama manusia dalam mencapai suatu tujuan yang disetujui bersama. Maka, cocoklah asumsi bahwa manusia adalah Homo economicus bagi manajemen yang tujuannya menelaah kerjasama antarmanusia? Apakah motif ekonomis yang mendorong orang untuk ikutb menjadi sukarelawaan penjajahan dan ketertindasan? Tentu saja tidak, bukan, dan untuk itu manajemen mempunyai beberapa asumsi tentang manusia tergantung dari perkembangan dan lingkungan masing-masing seperti makhluk ekonomi, makhluk sosial, dan makhluk aktualisasi diri.

Dengan demikian maka kita sebagai kaum terpelajar harus bisa mempertimbangkan apa yang akan terjadi bilamana keputusan impor ikan dari negeri tirai bambu tersebut terus dilakukan. Apalagi tidak hanya ikan dalam bentuk mentah yang diimpor ke Indonesia, ada juga makanan olahan ikan yang tidak bisa kita pungkiri bahan dasar pembuatannya adalah ikan dari laut Indonesia.
Juru bicara Presiden, Fadjroel Rachman, mengatakan pemerintah bersikap tegas sekaligus memprioritaskan diplomasi damai. Presiden Joko Widodo pun akhirnya berkunjung ke Natuna pada Rabu (8/1/2020). Pada kesempatan itu, beliau menegaskan tak ada tawar menawar terhadap kedaulatan Indonesia, termasuk wilayah kepulauan Natuna yang diklaim China masuk dalam teritorialnya.

Jika masalah ini terus dibiarkan atau bahkan dianggap bukan masalah yang penting, maka kita sebagai tonggak penerus generasi bangsa harus tahu bagaimana siklus permasalahan ini adanya. Karena jika terus dibiarkan, akan ada kesenjangan dalam membangun bangsa yang lebih maju.

P
Penulis : Sakil Sastrowinarto

Tidak ada komentar