Breaking News

Enam Belas Hari Jejak Torehan Sejarah

 “Enam Belas Hari Jejak Torehan Sejarah”



Terlelap terlalu lama hingga tak terasa terik matahari menyengat kulit hingga menembus mata. Entah bagaimana ceritanya setelah sekian lama roda yang berputar silih berganti tanpa merasakan pedihnya terpejam, terbungkam, hingga terbelenggu sekujur tubuhnya. Tak bisa dibayangkan betapa runyamnya masa itu, dan betapa geramnya mereka yang sebenarnya tidak suka dengan keadaan tersebut.

Hingga sampai pada sebuah momentum dimana wadah yang tadinya berukuran tiga puluh tiga sentimeter berubah menjadi tiga puluh lima sentimeter, tanpa melalui angka tiga puluh empat terlebih dahulu.

Regenerasi tetap harus berjalan, karena hanya dengan regenerasi lah kita bisa tampak hidup dan mau dianggap hidup. Walau hanya sekadar hidup!. Masih berjalan sebagaimana mestinya, namun yang berbeda adalah mereka yang masuk dalam perekrutan benar-benar berniat untuk belajar dan mampu mempelajari hingga semangat mereka sendirilah yang menggambarkan perjuangannya.

Tak kuasa menahan hati, tak kuasa menahan emosi, tak kuasa pula menahan diri “Ini tidak wajar, bukan seperti ini seharusnya, budaya yang tidak manusiawi ini harus segera digantikan!!!” Getaran hati, yang saking geramnya hingga gesekan gigi terdengar ditelinga. Renungan demi renungan, konsultasi kesana-kemari, istisyarah hingga istikharah pun tak lupa ditunaikan.

Telah ditemukan jawabannya hingga menjadi sebuah tekat bulat. Perlahan tapi pasti gerakan yang dilakukan, dengan sebuah tujuan yang telah dibicarakan hampir setiap harinya. Sekali percobaan ‘terpatahkan’, percobaan kedua ‘terhentikan’, ketiga kalinya ‘digagalkan’, evaluasi terus diperdalam, bahkan sampai terbantahkan. Tak berhenti seperti anak TK sedang belajar sepeda ‘pancal’ yang kecil hati, ketika gagal lalu berhenti dan enggan mencobanya lagi.

Hingga pada suatu saat muncul lampu Dop Lima WAT dikepala salah satu dari mereka “ini harus ada sebuah perkumpulan yang legal!” dari sana lah cikal bakal cerahnya gerakan mereka. Yang pada awalnya dari Mataram menuju Batavia (Pusat Pemerintahan Hindia-Belanda) rombongan menuju langsung kebarat, saat ini dengan banyak pertimbangan dan pengalamannya rombongan mengubah arah geraknya menuju timur terlebih dahulu. Bukan tanpa sebab merubah lajur gerak ketimur, namun memang sudah terfikirkan matang-matang sehingga nantinya ketika lajur diputar ke arah barat kembali dan menuju Batavia, sudah siap dengan beberapa bekal amunisi dan rombongannya.

Pohon sudah dirubah menjadi kayu, dan kayu sudah di haluskan hingga terbentuk papan, papan-papan tersebut dirangkai rapi dengan sangat hati-hati. Yang pada akhirnya terbentuklah sebuah perahu kecil yang siap dikibarkan layarnya untuk berlayar kapanpun dan dimanapun, sesuai kehendak Nahkoda dan Penumpangnya.


Surabaya, 03 September 2020


Penulis : A.Chong

Editor : Denny Ramadhani

1 komentar: