Breaking News

BABU SI KUTU BUKU


Babu Si Kutu Buku

 Disuatu kampung kumuh dipinggir kota, hiduplah seorang anak laki-laki yang gemar membaca. Anak tersebut tinggal bersama neneknya di rumah kecil. Ia dikenal dengan julukan si Babu karena setiap pagi hingga sore Babu bekerja sebagai buruh di pasar. Babu membantu para pedagang dan pembeli mengangkut barang mereka dengan upah se ikhlasnya. Terkadang ia hanya mendapat upah 50 ribu dalam sehari. Uang tersebut ia gunakan untuk biaya sehari-hari dengan neneknya yang sudah tua, dan menyisihkannya lagi untuk membeli buku. Babu sangat suka membaca, setiap hari disaat teman-teman sebayanya berkumpul dan bermain Hp, si Babu duduk di warung bambu depan rumahnya untuk membaca buku. Selain berasal dari keluarga yang kurang mampu, si Babu juga sudah yatim piatu semenjak ia berumur 5 tahun.

Pada suatu hari sepulang Babu dari pasar, ia berpapasan dengan teman-temannya yang sedang asik bermain game menggunakan Hp. Tiba-tiba Burhan salah satu diantara mereka berbisik nyaring pada Galuh. 

“Lihatlah si babu itu, setiap hari dia hanya pergi ke pasar dan menjadi buruh”. Kata Burhan.

“Haha benar sekali, sangat mirip dengan namanya. Si babu”. Jawab Galuh sembari tertawa. 

Si Babu yang mendengar olok-olokan temannya, cuma tersenyum dan tetap melanjutkan langkahnya. Ia sudah biasa ditertawakan karena nasibnya yang tidak sama dengan mereka. Ia juga terbiasa direndahkan oleh tetangganya karena dengan usia semudah itu, ia harus putus sekolah. Tapi Babu berbeda, meskipun dia tidak dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama, ia rajin membaca dan menyempatkan untuk belajar di rumah menggunakan buku yang ia beli di pasar dan beberapa buku yang ia temukan pada saat bekerja mengangkut barang serta buku-buku pemberian dari bosnya, Pak Bima. Selain rajin membaca, Babu sangat cerdas. Sehingga ia mampu memahami apa yang ia pelajari sendiri di rumahnya. 

Sesampainya di rumah, neneknya yang sedang menunggunya di depan rumah menyapanya. 

“Kamu sudah datang cucuku?” Sapa nenek sambil meraba mencari keberadaan cucunya. 

“Iya nek, Babu sudah datang”, kata si Babu “Kenapa nenek diluar? Babu kan sudah bilang untuk menunggunya di kamar saja”. Lanjut si Babu. Sambil tangan kecilnya meraih tangan nenek yang mencoba mencari keberadaannya.

“Tidak apa apa Bu. Nenek ingin segera bertemu dengan cucu nenek, makanya nenek menunggu Babu di luar” jawab nenek Babu.

“Maafkan Babu telah membuat nenek menunggu” Kata Babu sambil memapah neneknya untuk masuk.

Setelah memasak dan makan bersama dengan neneknya, Babu membaca buku di kamarnya yang berjudul seribu kucing untuk kakek. Buku tersebut ia dapatkan dari bapak Bima. Bapak Bima sangat menyukai si Babu karena sifatnya yang ramah, tekun dan tangguh. Bapak Bima tau bahwa Babu adalah anak yang cerdas di desanya. Namun karena faktor ekonomi Babu tidak dapat melanjutkan pendidikannya selepas ia lulus dari bangku sekolah dasar. Berbeda dengan teman sebayanya yang mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. namun meskipun mereka mampu untuk melanjutkan pendidikan, mereka menyia-nyiakan kesempatan itu, mereka lebih senang bermain Hp dan menjaili teman-temannya. Bapak Bima berencana untuk membantu Babu agar dapat melanjutkan pendidikan seperti teman sebayanya. Ia Berencana untuk membuat kompetesi di kampungnya, karena selain sebagai bos Babu, bapak Bima juga menajabat sebaga kepala desa di desa tersebut. Ia ingin tahu kemampuan si Babu dengan pasti, agar ia tidak menyesal karena telah mengeluarkan sejumlah uang untuk membantu pendidikan anak yang kurang mampu di kampungnya. 

Tepat pada hari rabu, bapak Bima mengumpulkan seluruh masyarakat untuk memberitahukan perihal kompetesi yang akan diadakan pada hari minggu. Masyarakat sangat antusias dan tak lupa membawa anak-anak mereka untuk berkumpul dibalai desa. Tak terkecuali si Babu dengan neneknya yang juga menghadiri acara tersebut. 

Sesampainya di balai desa, si Babu bertemu dengan Burhan dan kawan kawan. 

“ Hei Babu, apa yang kamu lakukan disini? Ini bukan tempat para buruh bekerja” Kata si Burhan sambil tersenyum mengejek. Orang tua Burhan yang juga berada disana ikut mengolok si Babu.

“Hush! Jangan seperti itu Burhan, kasihan Babu. Selain tidak punya orang tua dia juga tidak punya harga diri sehingga tidak malu mengikuti perkumpulan orang berpendidikan ini”. Timpal ibu Barhun sambil menggidikkan bahunya.

Nenek dan Babu yang mendengarnya hanya mampu menghela nafas dan mencoba tersenyum tanpa memperdulikan mereka yang sedang berbisik membicarannya. Tak lama kemudian pak Bima datang dan memulai acara tersebut.

“Selamat Pagi masyarakat desa Cempaka yang saya banggakan! Maksud saya mengumpulkan kalian disini untuk mengumumkan hal penting yang berkaitan dengan pendidikan. Sehubungan tahun ajaran baru sudah dekat, saya ingin mengadakan kompetisi yang berupa cerdas cermat pada hari minggu. Kompetisi ini dapat diikuti oleh seluruh anak muda dari tingkat SD hingga  SMA. Dan untuk anak anak yang belum merasakan bangku sekolah kami anjurkan untuk mengikuti kompetisi ini”. Papar pak Bima “Sekian, apakah ada yang mau ditanyakan?” Lanjut Pak Bima. 

Burhan mengacungkan tangan ingin bertaya, pak Bima yang melihatnya langsung mempersilahkan Burhan untuk menyampaikan pertanyaannya. 

“Saya Burhan, saya mau bertanya” Kata Burhan meminta idzin.

“Baik Burhan” jawab pak Bima

“Bapak, apakah anak yang tidak sekolah seperti si Babu boleh mengikuti kegiatan ini? Melihat dkemampuan dia yang pasti sangat jauh dari kemampuan kami” kata si burhan sambil melirik Bima disampingnya.

Beberapa orang terlihat menahan tawa mendengar pertanyaan Burhan, bapak Bima yang menyaksikannya merasa kasihan pada si Babu. 

“Sangat Boleh, Untuk kemampuan setiap anak dapat diketahui setelah kalian mengikuti kompetisi ini”. Jawab pak Bima tegas.

“Pak Bima, setelah dinyatakan menang dalam kompetisi ini apa yang pemenang dapatkan?” Tanya Galuh.

“Satu kelompok pemenang tingkat SD akan mendapatkan bantuan biaya pendidikan sampai dia lulus SD, untuk pemenang tingkat SMP dan SMA akan menjadi sekretaris saya, dan juga mendapatkan biaya pendidikan selama maksimal 3 tahun”. Jawab bapak Bima rinci. 

Setelah pertemuan berakhir, semua masyarakat kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan kompetisi tersebut.

Keesokan harinya tibalah kompetisi di desa Cempaka akan dimulai, semua anak bersiap dengan kelompoknya. Si Babu satu kelompok dengan Ruli dan Ilham. Ilham adalah sepupu babu yang juga tidak bersekolah namun dia tidak suka membaca. Sehari-hari ia gunakan waktunya untuk membantu orang tuanya menjual kayu bakar di pasar. Dan Ruli adalah teman Babu yang sama-sama menjadi buruh di pasar. 

Pada saat mereka duduk dibawah pohon menunggu giliran, si Burhan dan kawan-kawan mendatanginya.

“ Hei Babu, apa yang kau lakukan disini?” Tanya Burhan mengejek.

“Iya, seharusnya kamu bekerja saja di pasar” ucap Galuh

“Lihat saja mereka tidak akan mampu melawan kita” Timpal Abyan teman Burhan.

Tiba-tiba Ilham bangun mendekati Burhan dan teman-temannya. Tapi Babu yang melihatnya segera menahan Ilham. 

“Tidak usah dihiraukan, kita belajar saja untuk kompetisi nanti” ucap Babu sambil menarik Ilham untuk duduk. 

“Hahaha lihatlah dia mulai takut!” kata si Galuh

“Hahaha, hei babu! Jangan menangis kalo kamu kalah dalam kompetisi ini” Kata Burhan sambil tertawa bersama teman temannya.

Tak Terasa hari sudah beranjak siang, tibalah giliran si Babu dan teman-temannya untuk bertanding. Dalam kompetisi ini, si Babu berkesempatan untuk melawan Burhan dan kawan-kawan. Pertandingan berlangsung dengan sengit. Babu menjawab dengan cepat dan tepat. Burhan yang pengetahuannya tak seluas si Babu karena dia yang tidak suka membaca, tertinggal beberapa poin dibelakang. Dan tibalah pada pertanyaan terakhir yang menentukan siapa yang menjadi pemenang dalam kompetisi tingkat SMP dan SMA ini.

“Pertanyaan terakhir, siapa yang dapat menjawab dengan cepat dan tepat maka akan mendapat nilai 180”. Jelas pembawa acara pada kompetesi kali ini. Kelompok si Babu mendapat nilai 370 dan si Burhan yang masih mendapat skor 200. Penonton menyaksikan dengan tegang, terlihat Burhan menatap si Babu sambil berguman. “Awas saja, kali ini aku pasti yang akan menang”. Kata si Burhan.

Babu yang memahaminya hanya tersenyum dan tetap tenang. Ia tahu jika tuhan tak pernah salah dalam menentukan setiap hal. 

“ Ok pertanyaan terakhir adalah, Menara Burj Khalifa mulai dibangun pada tanggal berapa?”

Teeeeeeeet

“ Kelompok burhan silahkan!”  Burhan yang terlebih dahulu memencet bell, mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan lebih dahulu. Apabila Burhan dapat menjawab dengan benar maka ia yang akan menjadi pemenang dalam kompetisi ini. 

“ Pada tanggal 24 Januari 2004” jawab Burhan mantap sambil tersenyum sinis pada Babu. 

“Salah! Oke dilempar ke kelompok selanjutnya” kata pembawa acara. 

Burhan yang mendengarnya tidak mempercayai bahwa jawabannya salah, ia pernah mendengar dari penjelasan gurunya, namun ia lupa karena tidak membaca uang hasil pelajaran yang sudah gurunya berikan. 

“Pada tanggal 06 Januari 2004” jawab Babu mantap namun tetap tenang

“Iya benar, 150 untuk kelompok Babu” kata si pembawa acara. 

“ Selanjutnya saya bacakan skor akhir pada kompetisi ini, untuk Burhan mendapat skor 200 dan Babu mendapat skor sebesar 520” lanjut si pembawa acara sambil lalu mengakhiri kompetisi ini. 

Sebulan setelah penentuan pemenang pada kompetisi di desa Cempaka. Terlihat si Babu memakai seragam untuk pergi ke sekolah, dia sangat senang akhirnya dapat bersekolah lagi, meskipun ia harus masuk ke kelas 1 SMP pada saat teman temannya sudah menginjak kelas 3. Dia tidak merasa malu dan semakin semangat dalam belajar. 

Karena Babu sudah menjadi asisten Pak Bima, ia tidak perlu menjadi buruh di pasar. Sehari-hari ia gunakan untuk membaca sambil bekerja di toko pak Bima. Pak Bima memberi idzin si Babu membaca semua buku yang ada di tokonya.

Dan untuk Burhan, orang tuanya melarang si Burhan untuk bermain Hp dan berkumpul bersama teman-temannya. Setiap hari orang tua si Burhan menyuruh Burhan untuk belajar di kamarnya. Burhan yang kesal karena tidak dapat bermain HP, selalu bertengkar dengan orang tuanya. 

Demikian kisah si Babu yang rajin membaca dan akhirnya dapat membuktikan bahwa dirinya juga mampu seperti teman temannya yang lain dan bisa merubah kehidupannya menjadi lebih baik karena pengetahuannya yang tinggi. Dan si Burhan yang suka bermain Hp dan tidak rajin belajar mendapat hukuman dari orang tuanya. Dan akhirnya Burhan harus merelakan Hp miliknya diambil kembali oleh ayahnya karena tidak mampu menggunakan pada hal hal positif. 


SELESAI


Penulis : Sahabati Ellawazilah

Gambar : Sahabati Sitta

Editor : Sahabat Denny


Tidak ada komentar